A
|
koja merupakan salah satu Gampoeng (kampung) yang ada di Kecamatan Indramakmu, Kab. Aceh
Timur. Akoja merupakan akronim dari Aceh kontra Jawa. Di Gampoeng Akoja masyarakat pribumi dan transmigran dari Jawa hidup
berdampingan hingga terjadi akulturasi budaya yang sangat harmonis. Hamparan
perkebunan sawit PTPTN 1 Julok Rayeuk Utara menjadi pemandangan setiap hari.
Itulah tempat tugas
pengabdian saya selama 1 tahun sebagai Sarjana Mendidik di wilayah Terdepan,
Terluar, dan Tertinggal (SM-3T). Wilayah 3T yang dulu menjadi basis militer ini
menjadi tempat pengabdian yang memberikan banyak pembelajaran. Perasaan takut
dan khawatir muncul, saat melalui perjalanan yang dihiasi dengan bendera merah
hitam bergambar bulan dan bintang.
Proses pembelajaran formal
yang baru benar-benar dilaksanakan pada tahun 2008. Konflik yang terjadi di
tanah Rencong memberikan dampak tertinggalnya pendidikan. Peristiwa
pembumihangusan perumahan perkebunan masih menyisakan puing-puing kehawatiran
bagi para transmigran. Sehingga para transmigran sudah menetap sejak lama harus
bekerja keras menjaga kondisi yang sudah mulai kondusif.
Penduduk yang sudah mulai ramah dan menerima tamu untuk membangun
wilayahnya sudah mulai bekerjasama. Sehingga Akoja dan beberapa gampoengyang lain memutuskan untuk
melakukan pemekaran dari kecamatan Julok, menjadi kecamatan Indramakmu,
Kabupaten Aceh Timur.
Aceh Timur merupakan salah
satu kabupaten baru beridiri sekitar tahun 2008 setelah terjadi pemekaran Kota
Langsa, yang berdampak pada struktur dan infrastruktur pemerintahan serta
kehidupan ekonomi dan sosial yang baru dikelola kembali. Keadaan alam yang
terdiri dari pesisir pantai hingga wilayah perbukitan merupakan kontur
geografis yang ada di wilayah Aceh Timur yang beribukota di Idi Rayeuk.
Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani
sawit dan karet bagi yang berada di wilayah perbukitan, dan nelayan bagi yang
berada di wilayah pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan samudera. Potensi
alam yang ada di Aceh Timur sangat kaya, dari mulai ikan, lahan yang masih luas
untuk yang sebagian telah dikembangkan menjadi perkebunan sawit dan karet,
serta kandungan MIGAS yang begitu berlimpah dapat menjadi peluang bagi
masyarakat untuk dapat meningkatkan kehidupan untuk lebih sejahtera dari
kondisi yang ada saat ini.
Penyelenggaraan pendidikan
di Aceh Timur belum seutuhnya merata hingga ke pelosok yang disebabkan oleh
akses dan keadaan geografis yang ada. Kesulitan untuk menjangkau seluruh wilayah
membuat penyebaran informasi pendidikan pada khususnya kurang bisa optimal dan
menjadi salah satu penghambat optimalnya sumber daya pendidik untuk berkembang
secara maksimal demi meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Orientasi
pendidikan yang ada lebih kepada penyelenggaraan pendidikan WAJAR (Wajib
Belajar 9 tahun) di berbagai daerah, karena masih ada masyarakat yang belum
memahami pentingnya pendidikan padahal sudah ditunjang oleh kokohnya sarana
sekolah yang didirikan oleh pemerintah dan peluang pendidikan yang bagus untuk
para masyarakat yang berprestasi dengan adanya beasiswa pemerintah Provinsi
Aceh.
Pelaksanaan pendidikan
yang bermutu menurut UU nomor 20 Tahun 2003 yang harus menyelenggarkan 3 bidang
pendidikan yang terintegrasi dan harus terlaksana dengan baik yaitu Manajerial
Sekolah dan Administrasi, Penyelenggarakan Kegiatan Pendidikan Kurikuler, dan Bimbingan
untuk Siswa berupa Layanan Bimbingan dan Konseling belum terlaksana secara
baik, terutama dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang disebabkan
oleh kurangnya tenaga pendidik yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.
Sehingga, tataran dinas hingga masyakarat masih kurang mengetahui seperti apa
dan apa pentingnya layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan terutama di
sekolah. Salah satu sekolah yang belum memiliki tenaga khusus dala bidang
layanan bimbingan dan konseling adalah SMAN 1 Indramakmu, yang merupakan tempat
pengabdian lapangan dalam kegiatan SM-3T.
SMAN 1 Indramakmu
merupakan satu-satunya SLTA di kecamatan Indra Makmu, Kabupaten Aceh Timur yang
berada di tengah perkebunan sawit PTPN I Julok Rayeuk Utara. Sebagian besar siswa yang belajar di sekolah
ini adaah bersuku jawa yang berada di PTPN I yang merupakan anak dari para
petani sawit yang bekerja di perkbenunan BUMN tersebut dan 40% penduduk asli
Aceh. Sehingga toleransi dalam kehidupannya sangat tinggi untuk menjaga
keharmonisan dan kerukunan bermasyarakat. SMAN 1 Indramakmu sudah didukung oleh
fasilitasi yang memadai dengan tersedianya sarana dan prasana yang mumpuni
dengan tersedianya ruangan laboratorium MIPA, komputer, perpustakaan dan tenaga
pendidik yang sudah lengkap untuk mata pelajaran wajib.
SMAN 1 Indramakmu yang
berada di lingkungan AKOJA (Aceh kontra Jawa), nama tersebut dikembangkan oleh
salah satu penduduk yang tertarik untuk meneliti akulturasi budaya yang
harmonis antara kebudayaan jawa sebagai transmigran dengan kebudayaan Aceh sebagai
kehidupan multikultural yang terjadi lingkungan tempat tinggalnya menjadi hasil
karya ilmiah juara pertama di tingkat Provinsi Aceh pada tahun 2010 silam.
Peserta didik yang
menuntut ilmu di SMAN 1 Indramakmu yang beragam etnis dengan kira-kira
persentase 55% jawa yang merupakan anak dari para pegawai BUMN PTPN 1 Julok
Rayeuk Utara (JRU) dan Julok Rayeuk Selatan (JRS) dan 40% pribumi serta 5% lagi
peserta didik yang berasal dari wilayah Sumatera.
Hal tersebut terjadi,
karena pendidik pribumi lebih memilih menyekolahkan anaknya sembari pesantren
di beberapa pesantren yang terkemuka di sekitaran Kota Bireun, Lhouksmawe
hingga Banda Aceh. Perbedaan suku tersebut tidak terlalu menjadi penghambat
bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan saling bekerjasama untuk meraih
prestasi secara sehat.
Meski pada beberapa
kondisi yang mendukung untuk menculnya indikator perilaku peserta didik yang
menyinggung rasis pada saat terjadi perselisihan karena kenakalan remaja.
Namun, perselihan itu dapat diredam dengan difasilitasi untuk berdiskusi
mengenai kesalah pahaman terjadi sehingga keduanya kembali berteman dengan baik
dan menjadi warga sekolah yang baik.
Keadaan geografis di
lingkungan SMAN 1 Indramakmu yang berada pada dataran perbukitan dengan
berkembangnya perkebunan sawit, dan didorong oleh kondisi masyarakat yang belum
semuanya menyadari pendidikan untuk meningkatkan harkat kehidupan menyebabkan
munculya berbagai hambatan yang membuat pencapaian tugas perkembangan peserta
didik belum optimal.
Berdasarkan hasil Analisis
Tugas Perkembangan (ATP) yang dikolaborasikan dengan Daftar Chek Masalah (DCM),
pencapaian tugas perkembangan peserta didik yang masih harus ditingkatkan
berada pada aspek (1) Landasan Perilaku Etis yang mencakup kesadaran untuk
mematuhi nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan sekolah, dan
berperilaku di masyarkat maupun di sekolah dengan memperhatikan etika; (2)
Kematangan Intelektual yang meliputi motif berprestasi dan pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah berdasarkan informasi/data yang objektif; (3)
Kesadaran Tanggung Jawab Sosial meliputi menjaga keharmonisan dalam
persahabatan dalam konteks keragaman interaksi social dan berinteraksi dengan
lain atas dasar kesamaan (equality);
(4) Penerimaan Diri dan Pengembangannya meliputi menerima keunikan diri sendiri
baik kelebihan dan kekurangan, dan menampilkan keunikan diri secara harmonis
dalam keragaman; dan (5) Wawasan Kesiapan Karir meliputi pilihan keputusan
setelah lulus sekolah, internalisasi nilai-nilai yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan pilihan karir, dan merencanakan pilihan karir dengan
mempertimbangkan potensi, peluang dan ragam karir yang ada.
Fenomena yang terjadi
terutama pada musim penghujan yang menyebabkan pembelajaran tidak dapat
dilaksanakan di sekolah karena terputusnya akses jalan menuju sekolah dari
rumah peserta didik, yang disebabkan oleh banjir di beberapa titik perjalanan
menuju ke sekolah. Hal tersbut menyebabkan banyak waktu kegiatan pembelajaran
terganggu. Masalah tersebut diatasi dengan mengajak peserta didik bersama-sama
dengan dewan guru disaat air sudah memungkinkan untuk dilewati kira-kira ketinggian
air sekitar 50cm, namun apabila ketinggian air masih diatas 50cm, maka sekolah
diliburkan.
Permasalahan lain yang
sering dihadapi oleh peserta didik yaitu motivasi motif berprestasi yang rendah
karena pada saat peserta didik datang ke sekolah dalam keadaan fisik yang sudah
lelah selama diperjalanan dari rumah yang harus menempuh jarak sekitar 20 km
dari perkebunan PTPN Julok Rayeuk Selatan, dan paling jauh itu 25 km dari Seunebuk
bayu atau masyarakat biasa menyebutnya kilometer 8 dengan kondisi jalan yang
tidak mudak untuk dilewati karena melintasi perkebaunan sawit, perkebunan
karet, hutan sehingga peserta didik harus sangat berhati-hati terutama pada
saat musim hujan dengan keadaan jalan yang licin dan jarang masyarakat yang
melintas pada pagi hari.
Usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, yang dilakukan pertama kali adalah
dengan memperluas perspektif peserta didik akan pentingnya pendidikan meskipun
dengan tantangan yang diberikan oleh alam terasa lebih berat dan kurangnya
dorongan dari keluarga untuk sekolah, tapi peserta didik harus mampu mendobrak
dan merubah mindset terhadap
pelaksanaan pendidikan untuk kelangsungan hidup yang dituntut semakin hari
semakin meningkat seiring dengan perkmbangan zaman.
Setelah diberikan layanan
untuk meningkatkan motivasi belajar dengan strategi layanan bimbingan klasikal
dengan pentingnya pendidikan, pentingnya motivasi dalam belajar, dan pentingnya
memahami dan mengembangkan potensi diri sendiri untuk mencapai perkembangan
yang optimal.
Case terberat yang dihadapi selama
pengabdian adalah adanya 2 peserta didik yang sudah kurang memiliki motivasi
untuk memperjuangkan kehidupannya karena mengidap penyakit dan merasa menjadi
beban bagi orang tua dan keluarganya. Salah satu konseli merasa bahwa dirinya
sudah menambah beban orang tua atas sakit yang diidapnya dengan biaya
pengobatan yang tidak murah dan sulitnya akses menuju ke rumah sakit kabupaten,
karena setelah dilakukan pengobatan tradisional peserta didik tersebut masih
belum diberikan kesembuhan.
Sehingga dia sudah putus
asa, dan berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya agar tidak lagi menyusahkan
orang tua dan saudaranya lagi. Sedangkan konseli yang satunya lagi memliki
keinginan untuk menyusul ibunya yang sudah meninggal, sehingga konseli tidak
memiliki keinginan untuk sembuh dari penyakit yang dideritanya. Keinginan
tersebut karena dia kurang perhatian dari keluarga yang terutama ayahnya dan
sekarang konseli tinggal bersama keluarga nenek dari ayahnya.
Kedua case tersebut ditangani dengan konseling individual yang menekankan
kepada pendekatan spiritual untuk lebih mensyukuri nikmat-nikmat yang sudah
diberikan oleh Allah kepada kita selaku umat-Nya. Juga meningkatkan menumbuhkan
kesadaran konseli untuk terus berjuang dan berusaha untuk sembuh demi
membahagiakan orang tua, dan seluruh keluarga yang sudah merawat serta
mewujudkan cita-cita yang luhur untuk meningkatkan harkat keluarga.
Setelah
proses konseling, kedua konseli tersebut kembali mendapatkan semangat untuk
berjuang dan meraih cita-cita yang diharapkan dalam hidupnya dengan kembali
bersemangat menjalani hari-hari yang dilaluinya dengan berusaha untuk sembuh
dari penyakit yang dideritanya.s
Beberapa contoh kegiatan
yang dilakukan adalah dengan melakukan analisis film dan video untuk
meningkatkan motivasi peserta didik, simulasi permainan untuk meningkatakn
kesadaran perilaku etis dan kematangan hubungan teman sebaya. Layanan bimbingan
kelompok berupa role playing untuk
meningkatkan kesadaran tanggung jawab social peserta didik pada saat
berkomunikasi di masyarakat maupun di sekolah dengan dasar kesamaan (equality).Layanan bimbingan dan
konseling juga diberikan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat
berkomunikasi dengan baik dan benar sesuai dengan kondisi lingkungan, sehingga
peserta didik dapat meyakinkan orang tua dan masyarakat sekitar akan pentingnya
pendidikan yang harus ditempuh oleh mereka untuk menyongsong masa depan yang
lebih baik. Kegiatan yang dilakukan dengan simulasi permainan, bimbingan
kelompok dan konseling kelompok yang dapat memberikan membuka wawasan dan
pemahaman kepada peserta didik bahwa komunikasi itu sangat penting dan harus
disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar.
Kegiatan layanan bimbingan
dan konseling lebih berfokus pada kegiatan bimbingan kelomok yang diberikan di
kelas, karena keterbatasan waktu yang tidak difasilitasinya bimbingan dan
konseling dalam jadwal tetap. Sehingga waktu layanan diberikan pada saat guru
mata pelejaran berhalangan masuk ke kelas.
Pada saat pulang sekolah
sesuai dengan kesepakatan dengan peserta didik, dan untuk kelas XI disisipkan
pada saat pelajaran TIK yang disesuaikan dengan materi pelajaran dan kebutuhan
peserta didik baik berupa bimbingan klasikal maupun bimbingan kelompok. Adapun
materi-materi yang disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik untuk
meningkatkan pencapaian tugas perkembangan yang dilalui agar dapat
menyelesaikan tugas perkembangan secara optimal.
Layanan bimbingan dan
konseling yang diberikan kepada peserta didik kelas XII lebih berfokus pada mempersiapkan
diri peserta didik setelah lulus sekolah dengan memberikan informasi keragaman
karir yang memungkinkan peserta didik pilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
lingkungan.
Adapun layanan yang
diberikan berupa informasi perguruan tinggi, informasi program studi yang
sesuai dengan kebutuhan wilayah dan potensi peserta didik, ragam pekerjaan yang
sudah bisa dipilih oleh peserta didik setelah lulus sekolah. Untuk beberapa
peserta didik yang masih memiliki kebingungan dalam menentukan program studi
dan perguruan tinggi yang akan diambil setelah lulus dilaksanakan layanan
konseling individual.
Salah satu masalah
terberat yang dihadapi oleh peserta didik dalam melanjutkan pendidikan itu
adalah tidak didukungnya pendidikan lanjutan oleh keluarga dikarenakan harus
menjaga neneknya yang sudah tua dan mengurus ladang peninggalan ayahnya di kampung
yang mengharuskan peserta didik tetap berada di kampung. Padahal peserta didik
tersebut merupakan salah satu peserta didik yang memiliki prestasi terbaik di
sekolah selama 3 tahun berturut-turut berada di tiga besar juara umum di SMAN 1
Indramakmu.
Hal yang memberatkan
konseli adalah dengan diberikannya beasiswa pendidikan oleh pemerintah daerah
Aceh Timur untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan jurusan yang dia minati
yang didukung oleh seluruh guru mengingat prestasi yang diperolehnya selama
sekolah, namun kondisi keluarga yang kurang mendukung membuat konseli menjadi
rendah diri dan enggan untuk datang kembali ke sekolah.
Pihak sekolah pun mencoba
memfaslitasi konseli berdiskusi dengan keluarga dan sekolah untuk mengambil
keputusan yang terbaik untuk semuanya sehingga konseli dapat terbebas dari
permasalahan ini dengan mempertimbngkan resiko paling kecil yang harus konseli
terima dari keputusannya. Konseli pun akhirnya memilih untuk tetap merawat
nenenya dan mengurus ladangnya dengan pertimbangan pendidikan dapat dia
lanjutkan dari hasilnya berladang dengan memilih perguruan tinggi terdekat
sehingga konseli bisa pulang pergi untuk memenuhi tanggung jawabnya dikeluarga
dan melanjutkan studi untuk meningkatkan kualitas pribadinya melalui pendidikan
yang lebih tinggi.
Beberapa kegiatan yang
mendapatkan respon positif dari peserta didik adalah yang membuatnya aktif pada
saat pelaksanaan kegiatan seperti bimbingan kelompok dengan metode simulasi
permainan misalnya “sarang korek api” dimana peserta didik diminta untuk
menyusun korek apu diatas botol kosong sehingga menyerupai sarang burungyang
biasa ada di pohon.
Tujuan dari kegiatan
tersebut adalah untuk meningkatkan tanggung jawab social dan memberikan
latihan kepada peserta didik dalam
mengontrol emosi yang diperlihatkan kepada orang lain. Selain itu simulasi
permainan yang direspon baik oleh peserta didik adalah “benang kusut” dimana
siswa harus bisa mengurai tali yang mengikat dirinya sendiri dengan pasangannya
agar terbebas dari kesutnya benang. Permainan ini bertujuan untuk melatih
interaksi dan kerjasama peserta didik dengan peserta didik lainnya hingga
terbentuk kohesifitas kelompok yang positif.
Simulasi permainan
tersebut menjadi salah satu metode yang efektif dalam pemberian layanan BK
karena peserta didik mendapatkan pembelajaran pada saat melakukan kegiatan
tersebut (learning by doing) dengan
lebih memaknai kegaitan tersebut bukan sebagai permainan biasa sembari
menghilangkan suntuk setelah sekian jam berada di dalam kelas belajar beberapa
materi pelajaran yang lain.
Metode lain juga yang dapat
diterima dan direspon dengan baik oleh peserta didik adalah analisis film atau
video yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan pembelajaran pribadi, social,
karir maupun akademik seperti film Habibi Ainun, Tanah Air surga, katanya, dan
film-fillm lain yang memberikan inspirasi kepada peserta didik untuk terus
berusaha meraih cita-cita untuk meraih keshidupan yang lebih baik lagi.pemutaran
film- dan video tersebut membuka wawasan peserta didik tentang berbagai
informasi yang ada di luar wilayah tempat berkembangnya sehingga menambah
pengetahuan dan yang paling penting meningkatkan rasa syukur atas kehidupan
mereka sendiri dengan segala keterbatasan yang ada dilingkungannya.
Pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di SMAN 1 Indramakmu belum dapat dilaksanakan sesuai
dengan kondisi ideal dengan berbagai hambatan dan tantangan yang ada
dilingkungan sekolah. Hambatan layanan bimbingan dan konseling yang paling
mendasar adalah belum dipahami dengan benar tentang urgensi layanan bimbingan
dan konseling di sekolah untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik dan
membantu mencapai tujuan pendidikan nasional.
Persepsi bimbingan dan
konseling dari para steakholder
pendidikan yang ada disana masih sebagai “polisi sekolah” yang bertugas untuk
menangani dan memberikan punishment kepada
peserta didik yang bermasalah sehingga memberikan pemahaman yang kurang sesuai
kepada masyarakat umum.
Persepsi itu menjadi
tantangan bagi konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk menyelaraskan
dengan konsep Bimbingan dan Konseling yang sudah berkembang menjadi fasilitator
bagi peserta didik untuk menjadi pribadi yang utuh dan berkembang dengan
optimal sehingga dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara merata di
seluruh pelosok negeri ini.
Perlunya pendekatan dengan
masyarakat untuk mensosialiasasikan urgensi layanan bimbingan dan konseling ke
masyarakat sebagai bentuk eksistensi dan penyesuaian pemahaman bahkan
perspektif masyakarat terhadap bimbingan dan konseling di sekolah sangat
diperlukan agar terjadi dukungan system yang kuat daalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Layanan bimbingan dan
konseling merupakan kegiatan yang harus diselenggarakan oleh tim yang kohesif
dan mampu bekerjasama dengan baik. Sehingga pemberian layanan dapat berjalan
dengan baik dan terselenggara secara berkelanjutan dan dilakukan seluruh pihak
yang berkepentingan baik manajemen sekolah, orang tua bahkan masyarakat.
Sebagai
salah satu upaya, Guru BK SM-3T bekerja sama dengan pengawas mangadakan
Musyawarah guru Bimbingan dan Konseling (MGBK). Peserta yang mengikuti
merupakan delegasi guru dari sebelas sekolah kejuruan yang ada di Aceh Timur. Guru
yang background pendidikannya BK
hanya ada 2 orang itu menjadi tantangan dan peluang bagi terlaksananya layanan
BK secara menyeluruh di Aceh Timur.
Tantangan tersebut
menuntut konselor untuk peka akan kearifan budaya lokal sebagai salah sumber
nilai dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling agar dapat dirasakan
manfaatnya oleh seluruh masyarakat meskipun proses bimbingan diselenggarakan di
lingkungan sekolah. Pelaksanaan bimbingan dan konseling berbasis budaya
merupakan salah satu upaya untuk menyesuaikan perspektif dan tujuan konselor
dengan konseli untuk mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Konselor harus
mampu melakukan transference terhadap
konseli sehingga konseli merasa nyaman dan dihargai atas keunikan yang dimiliki
oleh dirinya.
Rakhmat (disunting oleh Suherman,
2011) yang mengemukakan hakikat konseling berbasis budaya mengatakan bahwa
mengabaikan perspektif budaya dalam layanan bimbingan dan konseling dapat
menyebabkan disorientasi, ketidaktepatan serta pengerdilan kearifan lokal (local wisdom). Pemberian layanan
bimbingan dan konseling harus berbasis budaya merupakan perlakuan konselor atau
guru terhadap peserta didik terhadap culture
value system agar konseli mampu memahami diri, menerima diri, mengarahkan
diri dan mewujudkan diri dalam mencapai identitas kehidupannya yang bermakna.
Indonesia merupakan Negara
yang besar dan memiliki keragaamn budaya sebagai salah satu kekayaan yang
dimiliki dan harus dijaga sebagai asset Negara yang mungkin tidak dimiliki oleh
Negara lain. Oleh karena itu, kita harus mampu bersama-sama menjaga keragaman
tersebut dalam keharmonisan hidup berdampingan menanamkan nilai Bhinneka
Tunggal Ika sebagai pedoman hidup bermasyarakat.
Keadaan ini membuat
konselor dan guru harus terus belajar mengembangkan diri untuk selalu meningkatkan
kualitas pribadi sehingga mendidik mejadi panggilan dalam dirinya sebagai
dorongan dalam diri untuk memfasilitasi peserta didik dengan penuh semangat dan
dedikasi yang tinggi guna mewujudkan pendidikan yang bermutu sebagai upaya membentuk
generasi emas Indonesia di tahun 2045.
Referensi:
Kementerian Pendidik dan Kebudayaan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. (2010). SM-3T:
Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. [on-line]. www.dikti.go.id.
Nurihsan, Achmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung; Reflika Aditama.
Suherman & Budiman, Nandang (2011). Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan
Konseling. Bandung; UPI PRESS.
Suherman, Uman. (2015). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung; Rizqi Press.