Selasa, 19 April 2016

PENATAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN FORMAL

Pelaksanaan pendidikan yang bermutu, efektif dan ideal adalah sistem pendidikan yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utama secara sinergi, yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang intruksional atau kurikuler, dan bidang bimbingan dan konseling. Paradigma bimbingan dan konseling memandang bahwa setiap konseli (peserta didik) memiliki potensi untuk berkembang secara optimal. Perkembangan optimal bukan sebatas tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimiliki, melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan konseli mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan bertanggungjawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika kehidupan yang dihadapinya.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dewasa ini mengedepankan aspek-aspek perkembangan yang harus diselesaikan oleh setiap peserta didik secara optimal. Sehingga setiap peserta dapat berkembang sesuai dengan potensi dan bakat yang dimilikinya sehingga mampu mandiri secara pribadi, sosial, akademik maupun karir. Visi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling perkembangan bersifat edukatif, pengembangan dan outreach. Pada pelaksanaannya, layanan bimbingan dan konseling harus mampu mengikuti perkembangan teknologi informasi untuk meningkatkan kuliatas layanan. Setiap personel BK harus memiliki kompetensi dalam mengoperasikan teknologi yang berikaitan dengan pelaksanaan layanan, agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan yang dilakukan oleh peserta didik dan manejemen sekolah.
Layanan bimbingan dan konseling berfokus pada kebutuhan setiap peserta didik yang lebih ditekankan pada pencegahan dan pengembangan. Pusat perhatian pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah optimalisasi potensi dan bakat yang dimiliki oleh setiap peserta peserta didik agar mempermudah perkembangan dengan menciptakan lingkungan yang kondusif. Objek layanan bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas bagi peserta didik yang mengalami masalah namun lebih bersifat umum dan menerapkan asas guidance for all
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari 2 komponen lain yaitu manajemen pimpinan sekolah dan pelaksanaan kurikuler dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Bimbingan dan konseling yang sering dikenal sebagai BK memiliki pandangan bahwa setiap individu berpotensi untuk menjadi manusia seutuhnya. Manusia sebagai makhluk psikososiospiritual menyebabkan terjadinya proses yang dinamis dalam perjalanan kehidupan seseorang dalam mencapai aktualisasi diri sebagai wujud dari pencapaian perkembangan yang optimal. Keberhasilan pencapaian aktualisasi diri setiap individu ditentukan sejauh mana individu tersebut mampu mengembangkan dirinya atas kewajiban diri sendiri secara psikologis ataupun spiritual dan bertanggung jawab serta kewajiban dalam peran sosial yang melekat pada dirinya.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di lingkungan pendidikan formal khususnya bertujuan untuk memfasilitasi peserta didik memenuhi kebutuhan dan mengentaskan hambatan dalam mencapai perkembangan yang optimal. Tujuan tersebut menjelaskan bahwa layanan bimbingan dan konseling diberikan kepada seluruh peserta didik sebagai suatu keutuhan yang mencakup berbagai dimensi kehidupan (pribadi, sosial, akademik, karir).
Layanan BK di sekolah dapat dilaksanakan dengan baik apabila tersusunnya program pelaksanaan layanan BK dengan sistem manajemen yang baik, dalam arti program tersebut dilaksanakan secara jelas, sistematis dan terarah. Perencaaan program menjadi titik awal yang harus dilakukan untuk memetakan kebutuhan peserta didik berdasar pada analisis kebutuhan perkembangan yang dialami oleh peserta didik serta harapan stakeholder yang terkait. Adapun beberapa hal yang harus dianalisis pada perencanaan program BK diantaranya tingkat pencapaian tugas perkembangan, hambatan nyata yang sedang dihadapi oleh peserta didik, keadaan demografis peserta didik, tuntutan lingkungan masyarakat dan tentunya juga tidak dapat terlepas dari program sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Proses analisis kebutuhan dilakukan dengan berbagai metode baik menggunakan angket, kuisioner, maupun secara langsung melakukan wawancara kepada stakeholder demi mencukupi data kebutuhan peserta didik. Hasil analisis kebutuhan dikembangkan menjadi kegiatan layanan yang disosialisasikan kepada seluruh personel sekolah, sehingga setiap perseonel mengetahui peranan dan tupoksinya dalam pelaksanaan program BK.
Pengembangan program BK harus berdasar pada analisis kebutuhan dan tugas perkembangan pada setiap fase yang harus dilalui oleh seluruh peserta didik, kondisi ini menggambarkan bahwa setiap jenjang memiliki kebutuhan yang beragam dalam penguasaan kompetensi dan kecakapan (life skill). Keadaan tersebut memungkinkan untuk disepakatinya goal setting  dalam pencapaian penguasaan soft skill peserta didik setiap jenjang. Penentuan goal setting tersebut memberikan arahan atau pedoman dalam penyampaian kegiatan dan memberikan fokus layanan terhadap staf BK dalam pengembangan tema dan startegi yang digunakan sehingga penyelenggaraan layanan lebih terarah. Pelaksanaan program membutuhkan pengarahan agar terciptanya koordinasi dan komunikasi yang efektif, mendorong personel untuk melaksanakan tugasnya, dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan program yang telah direncanakan.
Pencapaian tujuan program tentunya memerlukan supervisi secara berkesinambungan guna memperbaiki pelaksanaan layanan yang kurang mumpuni dan memberikan reinforcement terhadap kegiatan yang dianggap positif dan berdampak nyata terhadap peserta didik. Hal tersebut mengharuskan program BK disusun secara akuntabel dan bersifat dinamis. Proses supervisi dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengukur kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan peserta didik, ketepatan metode yang digunakan, dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujaun tujuan program.
Kegiatan supervisi merupakan bagian dari evaluasi program secara keseluruhan. Kegiatan evaluasi terhadap perencanaan, proses dan hasil program BK membutuhkan dokumentasi dari perencaan dan pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan. Proses pelengkapan dokumentasi tersebut dilakukan dengan kegiatan administrasi setiap layanan yang dilakukan dari mulai need assessment sampai pelaporan kegiatan layanan terhadap peserta didik maupun dukungan sistem yang dilakukan. Sehingga pada akhir pelaksanaan program, dapat terukur pencapaian tujuan program, dan mendapatkan referensi yang mumpuni untuk mengembangkan program selanjutnya menjadi lebih baik.

Referensi :
Nurihsan, Achmad Juntika. (2011). Bimbingan & Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Nurihsan, Achmad Juntika. (2009). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.
Suherman, Uman. (2014). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung; Rizqi Press.
Yusuf, Syamsu. (2009).  Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Rizqi Press.
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Achmad Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Program Pascasarjasana UPI & Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar